SMA Muhammadiyah

SMA Muhammadiyah
Sekolah

Senin, 22 April 2013

MAU JADI CALEG 2014



Halaman 1 Kompas hari ini menulis makin mahalnya biaya menjadi caleg untuk memperoleh kursi ke DPR pada semua tingkatan.
Satu daerah pemilihan dalam sistem Pemilu kita sangatlah luas. Kegiatan kampanye harus menjangkau setiap sudut daerah pemilihan tsb
Para analis dan partisipan Pemilu rata-rata mengatakan bahwa biaya nyaleg tahun 2014 akan lenih banyak dan lebih mahal dibanding sebelumnya
Politisi Golkar Bambang Soesatyo mengatakan setiap caleg DPR RI minimal harus sediakan dana minimal 1 milyar utk atribut dan transport
Pengamat Pemilu Putu Artha mengatakan bhw masyarakat msh tergiur dengan uang, sehingga anggaran negara disalahgunakan utk politik
Menurut Kompas, caleg kab/kota caleg hrs rogoh 100-500 juta. Caleg provinsi 500jt -1M. Caleg Pusat 1-5M. Itulah kenyataan politik kita
Dengan biaya sebesar itu, sukar bagi mereka yg tdk berduit akan berhasil memperoleh kursi dalam Pemilu
Karena biaya politik mahal, maka sulit untuk membangun demokrasi yg berkualitas. Biaya politik yg mahal mendorong politisi lakukan korupsi
Di tengah situasi mahalnya biaya politik, harus tetap ada pemimpin idealis dan rakyat yang ingin lakukan perubahan ke arah yg lebh baik
Mrk yg idealis biasanya tdk punya uang banyak, tapi mereka memberi harapan akan perubahan ciptakan pemerintahan yg bersih bebas korupsi
Rakyat juga seyogianya sadar bahwa politik uang dalam Pemilu, jika memilih pemimpin yg salah akan berakibat buruk bagi perkembangan bangsa
Perubahan ke arah kehidupan yg lebih baik, bukan hanya datang dari pemimpin yg idealis, tetapi juga dari rakyat yang inginkan perubahan
Pemilu adalah sarana merubah pemerintahan melalui cara damai, sah dan konstitusional, tanpa kekerasan dan pertumpahan darah
Dengan Pemilu, rakyat menjadi hakim utk menilai apakah pemerintah perlu dipertahankan atau diganti dengan yg baru yg lebih baik
Pemilu hanya 5 tahun sekali. Pilihan rakyat menentukan masa depan bangsa 5 tahun ke depan. Rakyatlah yg menentukan nasib bangsa dan Negara
Jangan karena pemberian uang, rakyat kehilangan kesempatan menentukan nasib bangsa dan negara, nasib dirinya sendiri

Rabu, 14 Maret 2012

Orang Melayu dan budaya yang kurang baik

Penelitian tentang orang melayu yang berada di semenanjung malaya, singapura dan bsgisn utara Kalimantan Mahatir Muhammad kapan dan tempat lupa, seingat saya saya baca dari sebuah media juga lupa apa koran, majalah, yang jelas media tulisan.
  1. Orang Melayu suka tidur siang. apalagi sa'at segalanya berada pada kondisi cukup. contoh : saat menjual kelapa sawit dengan harga Rp 1000/KG sebanyak 1 Ton berarti uang yang dimiliki sebanyak Rp 1.000.000 kondisi inilah yang membuat ia tidur siang. semua kebutuhan utama untuk rumah tangga anak dan lain-lain cukup, andai sa'at tidur siang digunakan untuk merawat aset. atau membantu teman memanen sawitnya. setidaknya incomenya bertambah lebih dari satu juta rupiah dan Ia bisa menabung sa'at nya yang tepat tentu sedikit demi sedikit menambah aset kelapa sawit yang ia miliki.
  2. Orang Melayu bersedekah pada karena terpaksa. Contoh 1 : tidak ada rencana untuk bersedekah, tiba-tiba salah satu orang tua mereka meninggal karena serangan jantung pada malam harinya. esok hari sibuk dirumah mereka untuk persiapan persedekahan dengan menguras biaya yang lumayan banyak.Contoh 2 : Sedekah yang dilakukan karena membayar nazar, janji, semua karena terpaksa, bukan karena ikhlas.sehingga berkesan egois.
  3. Orang Melayu berpola hidup aneh, contoh : seorang ahli hukum bergelar SH (Sarjana Hukum) pekerjaan Pengacara, punya pendapatan baik secara ekonomi, punya mobil dan rumah mewah, rekening tabungan yang banyak, berpengetahuan dan berwawasan luas, memiliki pergaulan dari berbagai lapisan masyarakat, punya teman dari kalangan pengusaha dan pejabat, dan berpikir sangat logis, ternyata masih melakukan ritual bertarak (tidur dikuburan yang dikramatkan untuk mendapat wangsit dan sejenisnya) untuk membeli nomor togel (undian berhadiah). ritual atau upacara yang tidak sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianut

Selasa, 13 Maret 2012

Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik

(LHKP) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik

PROGRAM KERJA

A.  Tujuan

  1. Peningkatan partisipasi dan peran warga Muhammadiyah dalam dinamika kebangsaan yang didasari oleh prinsip akhlaqul karimah dan khittah perjuangan Muhammadiyah.
  2. Terwujudnya perikehidupan masyarakat yang lebih maju, adil, makmur, dan bermartabat.

B.  Program Pengembangan

  1. Intensipikasi kajian-kajian khusus tentang isu-isu strategis serta kebijakan Pemerintah menjadi bahan bagi penyikapan Muhammadiyah terhadap persoalan-persoalan ummat.
  2. Partisipasi aktif dan kreatif dalam upaya penguatan masyarakat sipil/masyarakat madani, serta penegakkan demokrasi yang lebih substansif dan berperadaban mulia.
  3. Optimalisasi gerakan aksi anti korupsi dengan membangun jaringan, kerjasama berbagai lembaga pemerintah, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, swasta, dan komunitas-komunitas dalam masyarakat.
  4. Peningkatan hubungan sinergis antar kader dan simpatisan Muhammadiyah yang berada di lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga-lembaga strategis lainnya, guna peningkatan peran strategis Muhammadiyah.
  5. Pengembangan pendidikan kewarga negaraan (civil education) di berbagai universitas Muhammadiyah dan semua lembaga pendidikan milik Muhammadiyah, guna pembangunan masyarakat demokratis dan berkeadaban.
  6. Penyelenggaraan pendidikan kader politik dan penyusunan panduan tentang politik yang Islami, disertai pengembangan forum dan jaringan kader.

C.  Rincian Program

  1. Kajian dan seminar kebijakan dan etika politik.
  2. Partisipasi aktif dalam kepanitiaan seperti pemilu, pemilukada dan pilpres.
  3. Kajian tentang bahaya korupsi dalam dimensi sosial maupun etika beragama.
  4. Temu kader dan simaptisan di berbagai parpol dan lembaga negara.
  5. Sosialisasi tentang civic education.
  6. Pelatihan kader politik Islam dan demokrasi

Minggu, 11 Maret 2012

Puisi Bu Guru Atrianil


Di depan kelas kau berusaha tersenyum manis
Namun, di dalam hati kau menangis.
Aku tak punya apa-apa anakku
Selain buku dan sedikit ilmu
Jika kalian libur dan datang ke rumahku,
jangan takut anakku.
Genteng yang bocor itu
Gelas yang tak berisi air itu
Piring yang tak berisi nasi
Kalian akan bercerita tentang aku
Tentang potret kehidupanku sebagai guru.

Penggalan puisi ini adalah ungkapan hati Atrianil (46), salah seorang guru honorer yang bertugas di tiga sekolah berbeda di
Jakarta dan Tangerang, Banten. Puisi ini pernah dibaca Ruminah (36), guru honorer lainnya, dan membuat matanya sembab. Isi puisi ini mewakili perasaannya pula.

Puisi-puisi itu adalah jeritan hati, keluh kesahnya. Ketika tidak tahu harus ke mana lagi mengadu, ia pun memilih menulis.